LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PRODUKSI TANAMAN REMPAH, OBAT-OBATAN DAN TANAMAN PENYEGAR
TANAMAN
LADA DAN KAKAO
OLEH:
VICKY
VIJAY
C1011151102
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
FAKULTAS PERTANIAN
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini.
laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan ini memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Pontianak , 23 april 2018
VICKY VIJAY
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
A.Lada
(Piper nigrum Linn.)
Lada
(Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki peran dalam
meningkatkan perekonomian Indonesia. Budidaya
lada di Indonesia dilakukan dalam skala kecil hingga besar. Beberapa sentra
produksi lada adalah Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Timur, Sumatera
Selatan, Sulawesi Selatan (Badan Litbang Pertanian, 2013).
Lada
memiliki banyak manfaat sebagai bahan baku dalam sektor industri makanan,
minuman ringan dan industri wangi-wangian. Lada digunakan dalam pembuatan sosis, asinan kol, dan lain-lain. Minyak lada
digunakan dalam industri wangi-wangian, industri parfum, dan kosmetik serta
industri flavor (Balai Penelitian Rempah dan Obat, 1996).
Tanaman
ini berasal dari Ghats-Malabar, India dan di negara asalnya terdapat tidak
kurang dari 600 jenis varietas, sementara itu di Indonesia terdapat 40 jenis
varietas. Tanaman ini dapat bertahan hidup lebih kurang 15 tahun. Lada di kenal
dengan sebutan The king of spice (Raja rempah- rempah) telah menjadi
mata dagang antar negara. Di Indonesia pada masa penjajahan Belanda tanaman
lada pernah menjadi komoditas ekspor utama, tercatat antara tahun 1930–1938
rata-rata ekspor Indonesia meliputi 50.000 ton per tahun.
Setek
merupakan perbanyakan tanaman yang efektif dan efisien dalam budidaya tanaman
lada. Perbanyakan lada dengan setek
lebih menguntungkan karena menghasilkan populasi tanaman yang homogen dan
memiliki sifat yang sama dengan induknya.
B. Kakao (Theobroma cacao L.)
Kakao
merupakan tanaman tahunan
yang diambil bijinya untuk dimanfaatkan menjadi bahan olahan makanan seperti
cokelat. Kakao secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe
besar, yaitu Criollo (Amerika Tengah dan Amerika Selatan) dan Forastero
(Amazona dan Trinitario). Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara generativ
ataupun vegetatif. Kakao lindak umumnya diperbanyak dengan benih dari klon-klon
induk yang terpilih. Sedangkan kakao mulia umumnya diperbanyak secara
vegetatif. Namun, kakao lindak juga sering diperbanyak secara vegetatif untuk
meningkatkan mutu dan hasil.
Beberapa faktor yang menjadi tolak ukur
keberhasilan panen kakao adalah benih atau bibit yang ditanam, proses
pemeliharaan yang dilaksanakan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kualitas
kakao olahan adalah pengolahan pasca penen, misalnya
proses fermentasi dan pengeringannya.
Kakao merupakan salah satu komoditas
ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai
Gading (38,3%) dan Ghana (20,2%) dengan persentasi 13,6%. Permintaan dunia
terhadap komoditas kakao semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun, kualitas
biji kakao yang diekspor oleh Indonesia dikenal sangat rendah. Hal ini
disebabkan oleh pengelolaan produk kakao yang masih tradisional (85% biji kakao
produksi nasional tidak difermentasi) sehingga kualitas kakao Indonesia menjadi
rendah.
Tujuan
Adapan tujuan dari praktikum lapangan kali ini adalah untuk mengetahui cara
dan teknik dalam berbudidaya tanaman lada serta kakao, mengetahui perbedaan teknik budidaya antara petani
dilapangan dengan yang ada pada teori, mengetahui permasalahan budidaya
dilapangan dan cara mengatasinya, melihat langsung
tanaman rempah dan penyegar yang terdapat di Kalimantan Barat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Klasifikasi Lada (per nigrum L.)
Kingdom
: Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub
Kelas : Magnoliidae
Ordo
: Piperales
Famili
: Piperaceae (suku sirih-sirihan)
Genus
: Piper
Spesies
: Piper nigrum L.
Akar
Bijinya akan tumbuh membentuk akar lembaga
dan berkembang menjadi akar tunggang. Namun, saat ini akar tunggang tidak
banyak ditemukan pada tanaman lada karena pembiakannya dilakukan dengan setek.
Dengan demikian yang ada hanya akar lateral saja. Akar lada akan terbentuk pada
buku-buku di ruas batang pokok dan cabang. Berdasarkan perannanya, akar lada
dibagi menjadi dua jenis walaupun pada dasarnya hanya satu jenis. Kedua akar
tersebut ialah akar yang tumbuh dari buku didalam tanah dan di atas tanah. Akar
yang tumbuh dari buku didalam tanah akan membentuk akar lateral dan berfungsi
sebagai pengisap zat makanan ( feeding roots). Sementara akar yang tumbuh
dari buku di atas tanah berfungsi sebagai pelekat untuk menopang batang pokok
dan menjalar pada tiang atau pohon penunjang.
Akar lateral dengan akar serabut yang
tebalnya sekitar 30 cm berada dadalam lapisan tanah bagian atas ( top
soil ), akar ini dapat masuk kedalam tanah 1 – 2 meter. Jumlah akar
lateral rata-rata 10 – 20 buah dengan panjang 3 – 4 meter, tergantung kesuburan
tanah. Perakaran lada sangat sensitif terhadap genangan air yang
berkepanjangan.
Batang
Tanaman lada memiliki satu batang pokok
dengan dua macam cabang (imorphicy). Cabang tersebut ialah cabang orthotropis
(vertikal) dan cabang plagiotropis (horisontal). Cabang orthotropis tumbuh
membentuk kerangka dasar pohon lada hingga berdiameter 4 - 6 cm,
mengayu, dan beruas dengan panjang rata-rata 5 - 12 cm. Sementara cabang
plagiotropis dengan akar pelekat terbentuk dari buku antar ruas yang pertumbuhannya
agak membengkak. Dari buku tersebut tumbuh sehelai daun dan kuntum yang
selanjutnya tumbuh menjadi cabang. Kedua jenis cabang tersebut akan membentuk
percabangan.
Daun
Daun lada berbentuk bulat telur dengan
pucuk meruncing, tunggal, bertangkai panjang dan membentuk aluran dibagian
atasnya, berwarna hijau tua, bagian atas berkilauan dan bagian bawah pucuk
dengan titik-titik kelenjar. Berdasarkan letak tumbuhnya, bentuk daun lada
beraneka ragam. Daun pada batang bagian atas berbeda dengan daun pada batang
bagian bawah.
Bunga
Bunga (organum reproductivum) berbentuk
malai, agak menggelantung, panjang 3 - 25 cm, tidak bercabang, berporos tunggal
dan terdapat sekitar 150 bunga kecil. Tumbuhnya berhadapan dengan daun dari
cabang atau ranting plagiotropis. Bunga lada dapat berupa uniseksual,
yaitu monoecious (berumah satu) dan dioecious (berumah
dua). Monoecious berarti pada satu tanaman terbentuk bunga betina dan bunga
jantan secara terpisah. Bila bunga jantan dan bunga betina berada dalam satu
bunga (berputik dan berbenang sari) tanaman ini disebut hermaphrodit.
Sementara dioecious berarti masing-masing bungan jantan dan bunga
betina berada terpisah pada pohon yang berlainan. Bunga lada tumbuh dalam
ketiak, kelopak berdaging, tidak bermahkota, benang sari sebanayk 2 - 4 helai,
berukuran panjang 1 mm dan terletak di kanan-kiri bakal buah.
Buah
Buah lada tidak bertangkai, berbiji
tunggal, berbentuk bulat, berdiameter 4 – 6 mm dan berdaging. Kulit buah lada
berwarna hijau saat masih muda dan akan berubah menjadi warna mearah setelah
masak. Buah yang berkulit hijau akan menjadi kehitaman setelah dijemur dibawah
terik sinar matahari. Panjang mulai buah dapat mencapai panjang maksimal 15 cm
dan minimal 5 cm.
Biji
Biji lada berukuran rata-rata 3 - 4 mm.
Embrionya sangat kecil. Berat 100 biji lada sekitar 3 - 8 gram dengan rata-rata
berat normal buah 4,5 gram.
Syarat Tumbuh
Kondisi tanah
Tanah yang cocok bagi pertumbuhan lada
yaitu tanah yang netral dengan pH 6,0-7,0, suhu tanah berkisar
antara 14 - 29℃. Kemampuan tanah menjaga
kelembapan, jika penyerapan airnya antara 0,2 – 20 cm selama maksimal 1 jam.
Ketinggian tanah
Berdasarkan pemantauan dilapangan, dataran
rendah merupakan tempat paling dominan
untuk menanam lada dengan ketinggian kurang dari 200m dpl. Lada yang ditanam di
dataran rendah akan menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang terbaik dan berbuah
sangat lebat.
Iklim
Untuk mencapai pertumbuhan yang baik dan
hasil produksi yang memuaskan, sebaiknya lada ditanam di daerah beriklim tropis
dengan curah hujan rata-rata 1000-3000 mm per tahun.
B. Kakao (Theobroma cacao L.)
Divisi : Spermatophita
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Steruliaceae
Marga : Theobroma
Jenis : Theobroma cacao L.
Beberapa
jenis tanaman kakao yang bijinya paling banyak diolah menjadi coklat tiga macam
yaitu:
Jenis
Criollo, yang terdiri atas Criollo Amerika Tengan dan Criollo Amerika Selatan.
Jenis ini menghasilkan biji yang mutunya baik dan dikenal sebagai cokelat
mulia, fine flavor cocoa, choied cocoa, edel cocoa. Buahnya berwarna merah atau
hijau, kulit buahnya tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji buahnya
berbentuk bulat telur dan
berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah. Keunggulan
kakao jenis ini terletak pada kompleksitas rasa namun lembut, dengan rasa
klasik yang rendah, tetapi sangat kaya pada secondary note dengan jejak yang
bertahan lama di mulut. Negara penghasil kakao Criollo antara lain: Venezuela,
Equador, Trinidad, Grenada, Srilangka, Indonesia, Samoa, Jamaika, Suriname dan
sebagian kecil West
Jenis
Forastero, dapat dikatakan kakao jenis ini merupaka pohon kakao industri,
karena lebih tahan terhadap lingkungan ekstrim. Jenis ini mudah ditemui di
daerah beriklim tropis. Varietas ini juga cukup produktif. Buahnya berwarna
hijau dengan kulit yang tebal. Buah kakao jenis ini memiliki karakter rasa khas
coklat sangat kuat. Namun ada juga beberapa varietas dari Forastero yang
memiliki karakter rasa yang sangat komplek, seperti arriba dan national. Biji
buahnya tipis atau gepeng dan kotiledonnya berwarna ungu pada waktu basah.
Kakao jenis ini berasal dari Brazil, Amelonado (Afrika Barat) Equador.
Jenis
Trinitario, merupakan campuran atau hybrid dari jenis Criollo dengan jenis
Forastero secara alami sehingga kakao jenis ini sangat heterogen. kakao jenis
ini menghasilkan biji yang termasuk fine flavor cocoa dan ada yang termasuk
bulk cocoa. buanya berwarna hijau atau merah dan bentuknya bermacam-macam. Biji
buahnya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua
pada waktu basah
Batang
Batang
kakao memiliki sifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif.
Tunas yang arah pertumbuhannya keatas disebut ortotrop (atau tunas air (wiwilan
atau chupon), sedangkan tunas yang pertumbuhannya ke samping disebut plagiotrop/
cabang kipas/ fan.
Daun
Helai
daun tanaman kakao dapat berbentuk bulat memanjang (oblongus), ujung daun
meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan tulang daun
menyirip dan menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging
daun tipis tetapi kuat. Warna daun dewasa hijau tua tergantung pada
kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. permukaan daun licin
dan mengkilap.
Daun
kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daun panjangnya
7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya sekitar 2,5
cm. Tangkai daun berbentuk silinder dan bersisik halus. Salah satu sifat khusus
daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal
dan ujung tangkai daun.
Pertumbuha
daun pada cabang plagiotrop berlangsung serempak tetapi berkala. Masa tumbuh
tunas-tunas baru dinamakan pertunasan atau flushing. Setiap tunas membentuk 3-6
lembar daun sekaligus. Setelah masa bertunas selesai, kuncup-kuncup daun
kembali dorman (istirahat) selama periode tertentu. Kuncup-kuncup akan bertunas
lagi oleh rangsangan faktor lingkungan.
Akar
Kakao
adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya segian besar akar lateralnya
(mendatar) berkembang dekat permukaan tanah pada kedalaman (jeluk) 0-30 cm.
Pada awal perkecambahan benih, akar tunggang tumbuh cepat , laju pertumbuhannya
kemudian melambat dan untuk mencapai panjang 50 cm diperkirakan memakan waktu 2
tahun. 56% akar lateral kakao tumbuh pada jeluk 0-10 cm, 26% pada jeluk 1-20
cm, 14% pada jeluk 21-30 cm dan 4% tumbuh pada jeluk di atas 30 cm dari
permukaan tanah. jangkauan jelajah akar lateral jauh di luar proyeksi tajuk.
Ujungnya membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya ruwet.
Bunga
Tanaman
kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas
ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama
semakin memebesar dan menebal atau bisa disebut dengan bantalan bunga
(chusion). Bunga kakao mempunyai rumus . Artinya, bunga kakao disusun oleh 5
daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari tetapi
hanya 1 lingkaran yang fertile dan 5 daun buah yang bersatu.
Bunga
kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang
dari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai
bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). daun mahkota panjangnya 6-8 mm, terdiri
atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binantang dan biasanya
terdapat dua garis merah. Bagian ujung berupa lembaran tipis, fleksibel dan
berwarna putih.
Buah
Buah
yang ketika muda berwarna hijau ketika masak berwarna kuning. Ada juga varietas
kakao yang apabila muda kulit buahnya berwarna merah, ketika masak berwarna
orange. Buah kakao akan masak setelah berumur 5-6 bulan. Warna kotiledon kakao
ada yang berwarna putih (pada jenis Criollo) dan ada yang berwarna ungu (pada
enis forester).
Kulit
buah kakao memeiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling.
Pada tipe criollo dan trinitario alur buah kelihatan jelas. Kulit buahnya tebal
tetapi lunak dan permukaannya kasar. Pada tipe forastero, permukaan kulit buah
umumnya halus, kulitnya tipis tetapi keras dan liat.
Biji
Jumlah
biji kakao dalam satu buah beragam, yaitu berkisar 20-50 butir. Biji tersusun
dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jika dipotong melintang, tampak bahwa
biji disusun oleh dua kotiledon yang saling melipat dan bagian pangkalnya
menempel di poros lembaga (embryo axis). Warna kotiledon putih untuk tipe criollo
dan ungu untuk tipe forstero.
Biji
kakao dibungkus oleh daun buah (pulpa) yang berwarna putih, rasanya asam manis
dan mengandung zat penghambat perkecambahan. Disebelah dalam daging buah
terdapat kulit biji yang membungkus dua kotiledon dan poros embrio.
Syarat tumbuh
tanaman kakao
Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi
kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman cokelat. Lingkungan alami tanaman
cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan, temperatur, dan sinar
matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan. Demikian juga faktor
fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan
kemampuan akar menyerap hara.
Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao
ditanam di daerah‐daerah yang berada pada 100 LU sampai dengan 100 LS. Walaupun
demikian penyebaran pertanaman kakao secara umum berada pada daerah‐daerah
antara 70 LU sampai dengan 180 LS. Hal ini tampaknya erat kaitannya
dengandistribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun.
Curah Hujan
Hal terpenting dari curah hujan yang
berhubungan dengan pertanaman kakao adalah distribusinya sepanjang tahun. Hal
tersebut berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda (flushing) dan produksi.
Areal penanaman kakao yang ideal adalah daerah‐daerah bercurah hujan 1.100 ‐
3.000 mm per tahun.
Disamping kondisi fisik dan kimia tanah,
curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun tampaknya berkaitan dengan
serangan penyakit busuk buah (black pods).Didaerah yang curah hujannya lebih
rendah dari 1.200 mm per masih dapat ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air
irigasi. Hal ini disebabkan air yang hilang karena transpirasi akan lebih besar
daripada air yang diterima tanaman dari curah hujan, sehingga tanaman perlu
dipasok dengan air irigasi.
Temperatur
Pengaruh temperatur pada kakao erat
kaitannya dengan ketersediaan air, sinar matahari, dan kelembaban.
Faktor‐faktor tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penanaman tanaman
pelindung, dan irigasi. Temperatur sangat berpengaruh pada pembentukan flush,
pembungaan, serta kerusakan daun.
Menurut hasil penelitian, temperatur ideal
bagi pertumbuhan kakao adalah 30‐32℃ (maksimum) dan 18‐21℃ (minimum).
Cokelat juga dapat tumbuh dengan baik pada temperatur minimum 15℃ per
bulan dengan temperatur minimum absolut 10℃ per bulan.
Temperatur yang lebih rendah dari 10o akan
mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya
berkurang. Temperatur yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan
segera gugur. Pembuangan akan lebih baik jika berlangsung pada temperatur 26–
30℃ pada siang hari dibandingkan bila terjadi pada temperatur 23℃. Demikian
juga temperatur 26℃pada malam hari masih lebih baik pengaruhnya terhadap pembungaan
daripada temperatur 23– 30℃. Jumlah flush maupun luas daun lebih besar pada
suhu rendah, demikian juga waktu hidupnya.
Sinar Matahari
Lingkungan hidup alami tanaman kakao
adalah hutan tropis yang di dalam pertumbuhannya mebutuhkan naungan untuk
mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti
tanaman kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan tanaman
relatif pendek.
Trinidad dan Ghana merupakan daerah
pertama yang mula-mula dicoba untuk penanaman cokelat tanpa naungan. Dari
percobaan tersebut diperoleh hasil bahwa cokelat yang ditanam dibawah sinar
matahari langsung ternyata lebih tinggi produksinya. Walaupun demikian
pembibitan masih memerlukan naungan, karena benih cokelat akan lebih lambat
pertumbuhannya pada pencahayaan sinar matahari penuh.
Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal
mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan intersepsi cahaya dan pencapaian indeks
luas daun (ILD) optimum. Hal itu dapat diperoleh dengan penataan naungan atau
pohon pelindung serta penataan tajuk melalui pemangkasan.
Cokelat tergolong sebagai tanaman C3 yang
mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh
pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20% dari pencahayaan penuh.
Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun kakao yang telah membuka
sempurna berada pada kisaran 3‐30 persen cahaya matahari penuh atau pada 15
persen cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata
yang menjadi lebih besar bila cahaya yang diterima lebih banyak.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Waktu
dan Tempat
Praktikum
kali ini dilaksanakan pada 2 tempat yaitu pada tanaman lada di daerah sungai
duri kabupaten bengkayang, serta pada tanaman kakao di tanjung gundul di
kabupaten Bengkayang.
Narasumber
Nama : Sumadi
Alat
dan Bahan
·
alat tulis
·
kamera
Pelaksanaan
Praktikum
Sebelum
melaksanakan praktikum semua mahasiswa beserta dosen berkumpul di parkiran
fakultas pertanian untuk mendapatkan pengarahan serta berdoa sebelum
keberangkatan praktikum.
Setelah
sampai di tempat praktikum mahasiswa langsung turun ke lapangan untuk mendapatkan
arahan dari penyuluh dan petani di kebun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
A.Lada
Bibit
Pada
praktikum ini bibit yang di gunakan adalah varietas Bengkayang.
Perbanyakan
a).
Setek cabang bertapak yaitu stek cabang yang menyertakan sulur panjat.
Cara setek cabang bertapak yaitu pembuatan setek dengan menggunakan setek
cabang primer dengan 3 – 4 daun dan menyertakan satu buku sulur panjat. Tunas
tidur dan daun penumpu yang ada pada buku sulur panjat harus dipotong dan
dibuang agar tidak terbentuk lagi sulur panjat.Perbanyakan dengan setek
bertapak lebih mudah berhasil karena setek menyertakan satu sulur panjat pada
pangkal setek. Karena akar primordia sudah pada sulur panjat sebagai tapak,
maka persentase hidup dari setek bertapak selalu tinggi
b).
Setek cabang yaitu setek cabang buah primer dan sekunder. Cabang primer
adalah cabang yang keluar dari sulur panjat, sedang cabang buah, pertumbuhan
akar dan tunas lebih sulit dan lama sehingga waktu di pembibitan lebih lama.
Setek cabang diperbanyak dari setek cabang sekunder yang dibuat dari cabang
primer, sekunder dan tertier relatif sulit berakar dibanding setek cabang
bertapak. Hal ini disebabkan karena bagian buku dan ruas setek cabang primer,
sekunder dan tertier tidak mempunyaiprimordia akar. Setek cabang buah merupakan
upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan tanaman.
Tanaman pelindung atau naungan
Tanaman
pelindung dalam budidaya lada sangatlah penting
kegunaannya. Kegunaan utama dari pohon pelindung yaitu melindungi tanaman lada
dari paparan sinar matahari langsung. pohon pelindung juga berguna sebagai
peredam suhu maksimum pada musim kemarau yang dapat merusak tanaman lada.
Kegunaan lainnya adalah sebagai penahan angin apabila angin yang kencang.
Pohon
pelindung pada tanaman lada sebaiknya ditanam 1 tahun sebelum tanaman lada
ditanam. Tanaman penaung yang populer digunakan petani kakao adalah pohon
gamal, lamtoro, dan albazia, kelapa.
Pemeliharaan dan Perawatan Tanaman
Lada
Penyiangan
Tanaman
harus selalu bersih bebas dari gulma, dengan cara penyiangan terbatas
(bobokor), yaitu hanya menyiangi gulma di sekitar batang tanaman/tajuk.
Pemangkasan
Pemangkasan
bentuk, pemangkasan produksi dan pemangkasan hama penyakit. Pemangkasan
dilakukan pada cabang yang tidak produktif, cabang yang sudah tinggi untuk
mendapatkan tanaman yang banyak percabngan dan untuk membuang bagian tanaman
yang terkena penyakit.
Pemupukan
Untuk
tanaman belum menghasilkan (TBM) pemupukan dilkukan sebanyak 4 kali di awal
musim hujan. 40- 45 hari sekali aplikasi. Pupuk yang diberikan adalah pupuk
N,P,K dengan dosis untuk tanaman TBM unsur N nya harus lebih tinggi dengan
dengan dosis 50 gram, 80 gram,100 gram sampai umur 2 tahun, kalau di atas 2
tahun pemupukannya berbeda yaitu pemupukan pertama 200 gram, pemupukan ke-2 300
gram dan pemupukan ke- 4 400 gram (
1600 gram perbatang/pertahun), Unsur NPK
dengan perbandingan 12:12:17 dan jangan lupa
berikan pupuk organik 5-10 kg perpohon/tahun.
Organisme Pengganggu Tanaman
Penghisap
bunga, penggerek cabang dan hama penghisap buah.Untuk mencegah terjadinya serangan hama
dan penyakit, dilakukan penyemprotan sesuai dengan kebutuhan
Panen
Dilakukan
pada umur 2 tahun. Dengan ciri-ciri satu
atau sebagian buah sudah berwarna merah.
B.Kakao
Bibit
Varietas sulawesi 1 dan varietas sulawesi 2.Perbedaan kedua jenis kakao dapat dilihat
secara visual yaitu pada daun. Pada kakao jenis sulawesi 1 pada pangkal daun cenderung runcing, warna lebih
hijau tua, dan rantingnya coklat tua dan bengkok serta ujung buahnya cenderung
agak tumpul. Sedangkan pada sulawesi 2 pangkal daun agak bulat , warna daun
hijau muda, rantingnya lurus dan agak berbulu serta ujung buahnya agak runcing
Perbanyakan
Sambung
sisi / samping, 30 cm di atas permukaan tanah. Karena sambung samping lebih mudah
pelaksanaanya,sehingga rehabilitasi tanaman kakao bisa dilakukan dalam waktu
yang singkat, selain itu hasil dari
sambung samping lebih mudah berproduksi. Sebulan sebelum melakukan penyambungan
kakao di beri perlakuan seperti pemupukan batang bawah dan pemangkasan dengan
alasan supaya kambiumnya banyak, jika
tidak diberikan pupuk tingkat pertumbuhannya kecil. Entris yang digunakan
adalah dari cabang yang panjangnya 1cm dan berwarna coklat hijau
Pemeliharaan
Penyiangan
Tanaman
harus selalu bersih bebas dari gulma, dengan cara penyiangan terbatas
(bobokor), yaitu hanya menyiangi gulma di sekitar batang tanaman/tajuk.
Pemupukan
Pupuk
yang diberikan adalah pupuk N,P,K dengan perbandingan ( 15:15:15) atau sekitar
300 gram per pohon dan dalam setahun dilakukan pemupukan sebanyak 3 kali. Jarak pengaplikasian pupuk sekitar 1,5 meter
dari pohon kakao.
Organisme Penggangu Tanaman
Busuk
buah kakao, VSD dan layu pentil
Panen
Waktu
yang diperlukanyaitu 8 bulan sudah keluar bunga dan umur 1 tahun kakao sudah
berbuah, jadi proses produksinya lebih cepatdaripada di tanaman dengan sistem
generatif dan pada umur 2,5 tahun kakao yang di sambung bisa menghasilkan buah
di atas 200 buah perpohon/tahun. Itu pun tergantung dari petaninya rajin atau
tidak melakukan pemagkasan secara bertahap pohon kakaonya.
Pasca Panen
Pengolahan
pasca panen yaitu biji kakaonya di permentasi selama 4 hari 4 malam.
Pembahasan
Lada
Dari
data di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan budidaya yang dilakukan petani
terdapat beberapa kesesuaian dan ketidaksesuian dari teori yang dipelajari.
Salah satu kesesuaian dari teori yang dipelajari yaitu mengenai cara
perbanyakan secara vegetatif menggunakan sulur panjat atau sulur buah.
Berdasarkan teori, untuk menghasilkan tanaman lada yang dapat tumbuh baik pada
tanaman penegak, sebaiknya menggunakan bahan tanaman yang berasal dari sulur
panjat. Setek tidak terlalu tua atau terlalu muda dan diambil dari sulur yang
belum menjadi kayu. Bibit lada yang terlalu tua pertumbuhannya tidak baik,
sedangkan yang terlalu muda tidak kuat. Apabila menggunakan sulur buah tanaman
akan lebih cepat menghasilkan (umur satu tahun sudah menghasilkan buah), tetapi
tanaman lada tidak dapat tumbuh tinggi dan tidak melekat pada tanaman penegak,
perakarannya dangkal dan mudah stress apabila kekurangan air.
Kemudian
salah satu ketidaksesuaiannya yaitu mengenai penggunaan tanaman pelindung.
Tanaman pelindung ditanam satu tahun sebelum tanaman lada, dan tanaman pelindung
yang baik digunakan diantaranya gamal dan lamtoro.
Kakao
Dari
data di atas, terdapat kesesuaian dan tidak kesesuaian jika dibandingkan antara
dilapangan dan teori yang dipelajari. Terdapat beberapa kesesuaian teknik
budidaya diantaranya penggunaan tanaman naungan dan cara perbanyakan yang
dilakukan. Tanaman kakao merupakan tanaman yang memerlukan naungan (suhu
rendah) terutama pada saat pembibitan, namun tanaman kakao juga memerlukan
sinar matahari yang cukup untuk fase
pembungaan. Kesesuaian selanjutnya yaitu mengenai cara perbanyakan
vegetatif yang dilakukan yaitu dengan cara sambung samping.
Berdasarkan
teori, perbanyakan vegetatif yang lazim digunakan adalah dengan okulasi, karena
penyetekan masih sulit dilakukan di tingkat perkebunan. Sementara itu,
perbanyakan secara kultur jaringan masih dalam penelitian. Tanaman kakao hasil
perbanyakan vegetatif memiliki bentuk pertumbuhan yang sesuai dengan entres
yang digunakan. Perbanyakan vegetatif akan menghasilkan tanaman yang secara
genetis sama dengan induknya sehingga akan diperoleh tanaman kakao yang
produktivitas serta kualitas seragam.
Kemudian
ketidaksesuaiannya terdapat pada kegiatan pemupukan. Tanaman kakao memerlukan
unsur hara yang cukup untuk kelangsungan hidup dan berproduksi. setiap bertambahnya
umur tanaman kakao memerlukan dosis pupuk yang berbeda, sama halnya dengan
tanaman-tanaman lain. Tetapi budidaya yang dilakukan dilapangan kegiatan
pemupukan jarang dilakukan atau kurang intensif, karena petani beralasan dengan
harga kakao yang murah sehingga tanaman kakao kurang diperhatikan akibatnya
produksi kakao menjadi rendah dan mudah terserang hama dan penyakit.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Sejak jaman dulu, nenek moyang kita bangsa
Indonesia telah menggunakan rempah-rempah dan bahan penyegar dalam berbagai
hal. Baik untuk masak-memasak maupun untuk hal-hal lainnya dan Tanaman obat
sudah banyak sekali digunakan oleh manusia sejak zaman dahulu bahkan dipercaya
mempunyai khasiat yang lebih ampuh daripada obat-obat dokter
Dari data hasil praktikum, menunjukan
bahwa kegiatan budidaya yang dilakukan petani terdapat kesesuaian dan
ketidaksesuian jika dibandingkan dengan teori yang dipelajari. Dimana pada
umumnya, kegiatan budidaya yang dilakukan tidak terlalu intensif sehingga
produksi kurang maksimal dan serangan hama penyakit dapat terjadi
Saran
Dari kegiatan praktikum yang telah di
lakukan masih terdapat beberapa kekurangan, diantaranya penyuluh atau petugas
yang berada dilapangan hanya satu orang sedangkan jumlah mahasiswa yang
mengikuti praktikum sangat banyak sehingga sebagian mahasiswa tidak
memperhatikan apa yang dijelaskan petugas dan waktu tempuh praktikum yang cukup
memakan waktu banyak sehingga kebanyakan kelelahan dalam perjalanan sebaiknya
mencari lokasi yang lebih dekat dan akses nya lebih mudah
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2013).
Pengolahan Rempah-Rempah. [online]. Diakses maret 2018.
Muchtadi. R.Tien
dan sugiyono. (1992). Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan(PetunjukLaboratorium).
Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Sugiyanto,Raisatun
Nisa. Putri, Shofy Rahmadani dkk. Aplikasi Kayu Secang(Caesalpinia Sappan L.)
Dalam Upaya Prevensi Kerusakan DNA AkibatPaparan Zat Potensial Karsinogenik
Melalui MNPCE Assay.
Suprapto dan Yani,
Alvi. 2008. Teknologi Budidaya Lada. Balai Besar Pengkajian Pengembangan
Teknologi Pertanian. Bogor
Yasni,
Sedarnawati. (2012). Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Produk Ekstraktif
Rempah. Bogor: IPB
Why casinos are scams and don't pay out
BalasHapusThe most common scams 서귀포 출장안마 include: scams that give out a huge 사천 출장안마 sum and then disappear, 춘천 출장샵 or a scam that you can't find elsewhere, such as when 도레미시디 출장샵 a casino 익산 출장샵 is betting