Jumat, 04 Mei 2018


 LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PRODUKSI TANAMAN REMPAH, OBAT-OBATAN DAN TANAMAN PENYEGAR
TANAMAN LADA DAN KAKAO

OLEH:
VICKY VIJAY
C1011151102


UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
FAKULTAS PERTANIAN
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini.
            laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan ini memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.





Pontianak , 23 april 2018

VICKY VIJAY
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
A.Lada (Piper nigrum Linn.)
Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki peran dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Budidaya lada di Indonesia dilakukan dalam skala kecil hingga besar. Beberapa sentra produksi lada adalah Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan (Badan Litbang Pertanian, 2013).
Lada memiliki banyak manfaat sebagai bahan baku dalam sektor industri makanan, minuman ringan dan industri wangi-wangian. Lada digunakan dalam pembuatan sosis, asinan kol, dan lain-lain. Minyak lada digunakan dalam industri wangi-wangian, industri parfum, dan kosmetik serta industri flavor (Balai Penelitian Rempah dan Obat, 1996).
Tanaman ini berasal dari Ghats-Malabar, India dan di negara asalnya terdapat tidak kurang dari 600 jenis varietas, sementara itu di Indonesia terdapat 40 jenis varietas. Tanaman ini dapat bertahan hidup lebih kurang 15 tahun. Lada di kenal dengan sebutan The king of spice (Raja rempah- rempah) telah menjadi mata dagang antar negara. Di Indonesia pada masa penjajahan Belanda tanaman lada pernah menjadi komoditas ekspor utama, tercatat antara tahun 1930–1938 rata-rata ekspor Indonesia meliputi 50.000 ton per tahun.
Setek merupakan perbanyakan tanaman yang efektif dan efisien dalam budidaya tanaman lada.  Perbanyakan lada dengan setek lebih menguntungkan karena menghasilkan populasi tanaman yang homogen dan memiliki sifat yang sama dengan induknya.

B. Kakao (Theobroma cacao L.) 
Kakao merupakan tanaman tahunan yang diambil bijinya untuk dimanfaatkan menjadi bahan olahan makanan seperti cokelat. Kakao secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe besar, yaitu Criollo (Amerika Tengah dan Amerika Selatan) dan Forastero (Amazona dan Trinitario). Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara generativ ataupun vegetatif. Kakao lindak umumnya diperbanyak dengan benih dari klon-klon induk yang terpilih. Sedangkan kakao mulia umumnya diperbanyak secara vegetatif. Namun, kakao lindak juga sering diperbanyak secara vegetatif untuk meningkatkan mutu dan hasil.
Beberapa faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan panen kakao adalah benih atau bibit yang ditanam, proses pemeliharaan yang dilaksanakan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kualitas kakao olahan adalah pengolahan pasca penen, misalnya proses fermentasi dan pengeringannya.
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading (38,3%) dan Ghana (20,2%) dengan persentasi 13,6%. Permintaan dunia terhadap komoditas kakao semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun, kualitas biji kakao yang diekspor oleh Indonesia dikenal sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan produk kakao yang masih tradisional (85% biji kakao produksi nasional tidak difermentasi) sehingga kualitas kakao Indonesia menjadi rendah.

Tujuan
Adapan tujuan dari praktikum lapangan kali ini adalah untuk mengetahui cara dan teknik dalam berbudidaya tanaman lada serta kakao, mengetahui perbedaan teknik budidaya antara petani dilapangan dengan yang ada pada teori, mengetahui permasalahan budidaya dilapangan dan cara mengatasinya, melihat langsung tanaman rempah dan penyegar yang terdapat di Kalimantan Barat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Klasifikasi Lada (per nigrum L.)
Kingdom          : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Magnoliidae
Ordo                 : Piperales
Famili               : Piperaceae (suku sirih-sirihan)
Genus               : Piper
Spesies            : Piper nigrum L.

Akar
Bijinya akan tumbuh membentuk akar lembaga dan berkembang menjadi akar tunggang. Namun, saat ini akar tunggang tidak banyak ditemukan pada tanaman lada karena pembiakannya dilakukan dengan setek. Dengan demikian yang ada hanya akar lateral saja. Akar lada akan terbentuk pada buku-buku di ruas batang pokok dan cabang. Berdasarkan perannanya, akar lada dibagi menjadi dua jenis walaupun pada dasarnya hanya satu jenis. Kedua akar tersebut ialah akar yang tumbuh dari buku didalam tanah dan di atas tanah. Akar yang tumbuh dari buku didalam tanah akan membentuk akar lateral dan berfungsi sebagai pengisap zat makanan ( feeding roots). Sementara akar yang tumbuh dari buku di atas tanah berfungsi sebagai pelekat untuk menopang batang pokok dan menjalar pada tiang atau pohon penunjang.
Akar lateral dengan akar serabut yang tebalnya sekitar 30 cm berada dadalam lapisan tanah bagian atas ( top soil ), akar ini dapat masuk kedalam tanah 1 – 2 meter. Jumlah akar lateral rata-rata 10 – 20 buah dengan panjang 3 – 4 meter, tergantung kesuburan tanah. Perakaran lada sangat sensitif terhadap genangan air yang berkepanjangan.

Batang
Tanaman lada memiliki satu batang pokok dengan dua macam cabang (imorphicy). Cabang tersebut ialah cabang orthotropis (vertikal) dan cabang plagiotropis (horisontal). Cabang orthotropis tumbuh membentuk kerangka dasar pohon lada hingga berdiameter  4 - 6 cm, mengayu, dan beruas dengan panjang rata-rata 5 - 12 cm. Sementara cabang plagiotropis dengan akar pelekat terbentuk dari buku antar ruas yang pertumbuhannya agak membengkak. Dari buku tersebut tumbuh sehelai daun dan kuntum yang selanjutnya tumbuh menjadi cabang. Kedua jenis cabang tersebut akan membentuk percabangan.

Daun
Daun lada berbentuk bulat telur dengan pucuk meruncing, tunggal, bertangkai panjang dan membentuk aluran dibagian atasnya, berwarna hijau tua, bagian atas berkilauan dan bagian bawah pucuk dengan titik-titik kelenjar. Berdasarkan letak tumbuhnya, bentuk daun lada beraneka ragam. Daun pada batang bagian atas berbeda dengan daun pada batang bagian bawah.


Bunga
Bunga (organum reproductivum) berbentuk malai, agak menggelantung, panjang 3 - 25 cm, tidak bercabang, berporos tunggal dan terdapat sekitar 150 bunga kecil. Tumbuhnya berhadapan dengan daun dari cabang atau ranting plagiotropis. Bunga lada dapat berupa uniseksual, yaitu monoecious (berumah satu) dan dioecious (berumah dua). Monoecious berarti pada satu tanaman terbentuk bunga betina dan bunga jantan secara terpisah. Bila bunga jantan dan bunga betina berada dalam satu bunga (berputik dan berbenang sari) tanaman ini disebut hermaphrodit. Sementara dioecious berarti masing-masing bungan jantan dan bunga betina berada terpisah pada pohon yang berlainan. Bunga lada tumbuh dalam ketiak, kelopak berdaging, tidak bermahkota, benang sari sebanayk 2 - 4 helai, berukuran panjang 1 mm dan terletak di kanan-kiri bakal buah.

Buah
Buah lada tidak bertangkai, berbiji tunggal, berbentuk bulat, berdiameter 4 – 6 mm dan berdaging. Kulit buah lada berwarna hijau saat masih muda dan akan berubah menjadi warna mearah setelah masak. Buah yang berkulit hijau akan menjadi kehitaman setelah dijemur dibawah terik sinar matahari. Panjang mulai buah dapat mencapai panjang maksimal 15 cm dan minimal 5 cm. 

Biji
Biji lada berukuran rata-rata 3 - 4 mm. Embrionya sangat kecil. Berat 100 biji lada sekitar 3 - 8 gram dengan rata-rata berat normal buah 4,5 gram.



Syarat Tumbuh
Kondisi tanah
Tanah yang cocok bagi pertumbuhan lada yaitu tanah yang netral dengan pH 6,0-7,0, suhu tanah berkisar antara 14 - 29℃.  Kemampuan tanah menjaga kelembapan, jika penyerapan airnya antara 0,2 – 20 cm selama maksimal 1 jam.
Ketinggian tanah
Berdasarkan pemantauan dilapangan, dataran rendah merupakan tempat paling  dominan untuk menanam lada dengan ketinggian kurang dari 200m dpl. Lada yang ditanam di dataran rendah akan menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang terbaik dan berbuah sangat lebat.
Iklim
Untuk mencapai pertumbuhan yang baik dan hasil produksi yang memuaskan, sebaiknya lada ditanam di daerah beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1000-3000 mm per tahun.

B. Kakao (Theobroma cacao L.) 
Divisi                           : Spermatophita
Sub Divisi                   : Angiospermae
Kelas                           : Dicotyledoneae
Sub Kelas                    : Dialypetalae
Bangsa                        : Malvales
Suku                            : Steruliaceae
Marga                          : Theobroma
Jenis                            : Theobroma cacao L.
Beberapa jenis tanaman kakao yang bijinya paling banyak diolah menjadi coklat tiga macam yaitu:
Jenis Criollo, yang terdiri atas Criollo Amerika Tengan dan Criollo Amerika Selatan. Jenis ini menghasilkan biji yang mutunya baik dan dikenal sebagai cokelat mulia, fine flavor cocoa, choied cocoa, edel cocoa. Buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji buahnya berbentuk bulat telur dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah. Keunggulan kakao jenis ini terletak pada kompleksitas rasa namun lembut, dengan rasa klasik yang rendah, tetapi sangat kaya pada secondary note dengan jejak yang bertahan lama di mulut. Negara penghasil kakao Criollo antara lain: Venezuela, Equador, Trinidad, Grenada, Srilangka, Indonesia, Samoa, Jamaika, Suriname dan sebagian kecil West

Jenis Forastero, dapat dikatakan kakao jenis ini merupaka pohon kakao industri, karena lebih tahan terhadap lingkungan ekstrim. Jenis ini mudah ditemui di daerah beriklim tropis. Varietas ini juga cukup produktif. Buahnya berwarna hijau dengan kulit yang tebal. Buah kakao jenis ini memiliki karakter rasa khas coklat sangat kuat. Namun ada juga beberapa varietas dari Forastero yang memiliki karakter rasa yang sangat komplek, seperti arriba dan national. Biji buahnya tipis atau gepeng dan kotiledonnya berwarna ungu pada waktu basah. Kakao jenis ini berasal dari Brazil, Amelonado (Afrika Barat) Equador.

Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hybrid dari jenis Criollo dengan jenis Forastero secara alami sehingga kakao jenis ini sangat heterogen. kakao jenis ini menghasilkan biji yang termasuk fine flavor cocoa dan ada yang termasuk bulk cocoa. buanya berwarna hijau atau merah dan bentuknya bermacam-macam. Biji buahnya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah
Batang
Batang kakao memiliki sifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya keatas disebut ortotrop (atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang pertumbuhannya ke samping disebut plagiotrop/ cabang kipas/ fan.

Daun
Helai daun tanaman kakao dapat berbentuk bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan tulang daun menyirip dan menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat. Warna daun dewasa hijau tua tergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. permukaan daun licin dan mengkilap.
Daun kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daun panjangnya 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun berbentuk silinder dan bersisik halus. Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daun.
Pertumbuha daun pada cabang plagiotrop berlangsung serempak tetapi berkala. Masa tumbuh tunas-tunas baru dinamakan pertunasan atau flushing. Setiap tunas membentuk 3-6 lembar daun sekaligus. Setelah masa bertunas selesai, kuncup-kuncup daun kembali dorman (istirahat) selama periode tertentu. Kuncup-kuncup akan bertunas lagi oleh rangsangan faktor lingkungan.




Akar
Kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya segian besar akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah pada kedalaman (jeluk) 0-30 cm. Pada awal perkecambahan benih, akar tunggang tumbuh cepat , laju pertumbuhannya kemudian melambat dan untuk mencapai panjang 50 cm diperkirakan memakan waktu 2 tahun. 56% akar lateral kakao tumbuh pada jeluk 0-10 cm, 26% pada jeluk 1-20 cm, 14% pada jeluk 21-30 cm dan 4% tumbuh pada jeluk di atas 30 cm dari permukaan tanah. jangkauan jelajah akar lateral jauh di luar proyeksi tajuk. Ujungnya membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya ruwet.

Bunga
Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin memebesar dan menebal atau bisa disebut dengan bantalan bunga (chusion). Bunga kakao mempunyai rumus . Artinya, bunga kakao disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari tetapi hanya 1 lingkaran yang fertile dan 5 daun buah yang bersatu.
Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang dari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). daun mahkota panjangnya 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binantang dan biasanya terdapat dua garis merah. Bagian ujung berupa lembaran tipis, fleksibel dan berwarna putih.



Buah
Buah yang ketika muda berwarna hijau ketika masak berwarna kuning. Ada juga varietas kakao yang apabila muda kulit buahnya berwarna merah, ketika masak berwarna orange. Buah kakao akan masak setelah berumur 5-6 bulan. Warna kotiledon kakao ada yang berwarna putih (pada jenis Criollo) dan ada yang berwarna ungu (pada enis forester).
Kulit buah kakao memeiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling. Pada tipe criollo dan trinitario alur buah kelihatan jelas. Kulit buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Pada tipe forastero, permukaan kulit buah umumnya halus, kulitnya tipis tetapi keras dan liat.

Biji
Jumlah biji kakao dalam satu buah beragam, yaitu berkisar 20-50 butir. Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jika dipotong melintang, tampak bahwa biji disusun oleh dua kotiledon yang saling melipat dan bagian pangkalnya menempel di poros lembaga (embryo axis). Warna kotiledon putih untuk tipe criollo dan ungu untuk tipe forstero.
Biji kakao dibungkus oleh daun buah (pulpa) yang berwarna putih, rasanya asam manis dan mengandung zat penghambat perkecambahan. Disebelah dalam daging buah terdapat kulit biji yang membungkus dua kotiledon dan poros embrio.

Syarat tumbuh tanaman kakao
Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman cokelat. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan. Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara.
Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao ditanam di daerah‐daerah yang berada pada 100 LU sampai dengan 100 LS. Walaupun demikian penyebaran pertanaman kakao secara umum berada pada daerah‐daerah antara 70 LU sampai dengan 180 LS. Hal ini tampaknya erat kaitannya dengandistribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun.

Curah Hujan
Hal terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman kakao adalah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda (flushing) dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal adalah daerah‐daerah bercurah hujan 1.100 ‐ 3.000 mm per tahun.
Disamping kondisi fisik dan kimia tanah, curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun tampaknya berkaitan dengan serangan penyakit busuk buah (black pods).Didaerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per masih dapat ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air yang hilang karena transpirasi akan lebih besar daripada air yang diterima tanaman dari curah hujan, sehingga tanaman perlu dipasok dengan air irigasi.

Temperatur
Pengaruh temperatur pada kakao erat kaitannya dengan ketersediaan air, sinar matahari, dan kelembaban. Faktor‐faktor tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penanaman tanaman pelindung, dan irigasi. Temperatur sangat berpengaruh pada pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun.

Menurut hasil penelitian, temperatur ideal bagi pertumbuhan kakao adalah 30‐32℃ (maksimum) dan 18‐21℃ (minimum).  Cokelat juga dapat tumbuh dengan baik pada temperatur minimum 15℃ per bulan dengan temperatur minimum absolut 10℃ per bulan.
Temperatur yang lebih rendah dari 10o akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang. Temperatur yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan segera gugur. Pembuangan akan lebih baik jika berlangsung pada temperatur 26– 30℃ pada siang hari dibandingkan bila terjadi pada temperatur 23℃. Demikian juga temperatur 26℃pada malam hari masih lebih baik pengaruhnya terhadap pembungaan daripada temperatur 23– 30℃. Jumlah flush maupun luas daun lebih besar pada suhu rendah, demikian juga waktu hidupnya.

Sinar Matahari
Lingkungan hidup alami tanaman kakao adalah hutan tropis yang di dalam pertumbuhannya mebutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan tanaman relatif pendek.
Trinidad dan Ghana merupakan daerah pertama yang mula-mula dicoba untuk penanaman cokelat tanpa naungan. Dari percobaan tersebut diperoleh hasil bahwa cokelat yang ditanam dibawah sinar matahari langsung ternyata lebih tinggi produksinya. Walaupun demikian pembibitan masih memerlukan naungan, karena benih cokelat akan lebih lambat pertumbuhannya pada pencahayaan sinar matahari penuh.
Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan intersepsi cahaya dan pencapaian indeks luas daun (ILD) optimum. Hal itu dapat diperoleh dengan penataan naungan atau pohon pelindung serta penataan tajuk melalui pemangkasan.
Cokelat tergolong sebagai tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20% dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun kakao yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3‐30 persen cahaya matahari penuh atau pada 15 persen cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang menjadi lebih besar bila cahaya yang diterima lebih banyak.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada 2 tempat yaitu pada tanaman lada di daerah sungai duri kabupaten bengkayang, serta pada tanaman kakao di tanjung gundul di kabupaten Bengkayang.
Narasumber
Nama : Sumadi
Alat dan Bahan
·         alat tulis
·         kamera

Pelaksanaan Praktikum
Sebelum melaksanakan praktikum semua mahasiswa beserta dosen berkumpul di parkiran fakultas pertanian untuk mendapatkan pengarahan serta berdoa sebelum keberangkatan praktikum.
Setelah sampai di tempat praktikum mahasiswa langsung turun ke lapangan untuk mendapatkan arahan dari penyuluh dan petani di kebun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

A.Lada
Bibit
Pada praktikum ini bibit yang di gunakan adalah varietas Bengkayang.

Perbanyakan
a). Setek cabang bertapak yaitu stek cabang yang menyertakan sulur panjat. Cara setek cabang bertapak yaitu pembuatan setek dengan menggunakan setek cabang primer dengan 3 – 4 daun dan menyertakan satu buku sulur panjat. Tunas tidur dan daun penumpu yang ada pada buku sulur panjat harus dipotong dan dibuang agar tidak terbentuk lagi sulur panjat.Perbanyakan dengan setek bertapak lebih mudah berhasil karena setek menyertakan satu sulur panjat pada pangkal setek. Karena akar primordia sudah pada sulur panjat sebagai tapak, maka persentase hidup dari setek bertapak selalu tinggi
b). Setek cabang yaitu setek cabang buah primer dan sekunder. Cabang primer adalah cabang yang keluar dari sulur panjat, sedang cabang buah, pertumbuhan akar dan tunas lebih sulit dan lama sehingga waktu di pembibitan lebih lama. Setek cabang diperbanyak dari setek cabang sekunder yang dibuat dari cabang primer, sekunder dan tertier relatif sulit berakar dibanding setek cabang bertapak. Hal ini disebabkan karena bagian buku dan ruas setek cabang primer, sekunder dan tertier tidak mempunyaiprimordia akar. Setek cabang buah merupakan upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan tanaman.

Tanaman pelindung atau naungan
Tanaman pelindung dalam budidaya lada sangatlah penting kegunaannya. Kegunaan utama dari pohon pelindung yaitu melindungi tanaman lada dari paparan sinar matahari langsung. pohon pelindung juga berguna sebagai peredam suhu maksimum pada musim kemarau yang dapat merusak tanaman lada. Kegunaan lainnya adalah sebagai penahan angin apabila angin yang kencang.
Pohon pelindung pada tanaman lada sebaiknya ditanam 1 tahun sebelum tanaman lada ditanam. Tanaman penaung yang populer digunakan petani kakao  adalah pohon gamal, lamtoro, dan albazia, kelapa.

Pemeliharaan dan Perawatan Tanaman Lada
Penyiangan
Tanaman harus selalu bersih bebas dari gulma, dengan cara penyiangan terbatas (bobokor), yaitu hanya menyiangi gulma di sekitar batang tanaman/tajuk.
Pemangkasan
Pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi dan pemangkasan hama penyakit. Pemangkasan dilakukan pada cabang yang tidak produktif, cabang yang sudah tinggi untuk mendapatkan tanaman yang banyak percabngan dan untuk membuang bagian tanaman yang terkena penyakit.
Pemupukan
Untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) pemupukan dilkukan sebanyak 4 kali di awal musim hujan. 40- 45 hari sekali aplikasi. Pupuk yang diberikan adalah pupuk N,P,K dengan dosis untuk tanaman TBM unsur N nya harus lebih tinggi dengan dengan dosis 50 gram, 80 gram,100 gram sampai umur 2 tahun, kalau di atas 2 tahun pemupukannya berbeda yaitu pemupukan pertama 200 gram, pemupukan ke-2 300 gram dan pemupukan ke- 4  400 gram ( 1600  gram perbatang/pertahun), Unsur NPK dengan perbandingan 12:12:17 dan jangan lupa  berikan pupuk organik 5-10 kg perpohon/tahun.

Organisme Pengganggu Tanaman
Penghisap bunga, penggerek cabang dan hama penghisap buah.Untuk mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit, dilakukan penyemprotan sesuai dengan kebutuhan
Panen
Dilakukan pada umur 2 tahun.  Dengan ciri-ciri satu atau sebagian buah sudah berwarna merah.

B.Kakao
Bibit
Varietas sulawesi 1 dan varietas sulawesi 2.Perbedaan kedua jenis kakao dapat dilihat secara visual yaitu pada daun. Pada kakao jenis sulawesi 1 pada  pangkal daun cenderung runcing, warna lebih hijau tua, dan rantingnya coklat tua dan bengkok serta ujung buahnya cenderung agak tumpul. Sedangkan pada sulawesi 2 pangkal daun agak bulat , warna daun hijau muda, rantingnya lurus dan agak berbulu serta ujung buahnya agak runcing

Perbanyakan
Sambung sisi / samping, 30 cm di atas permukaan tanah. Karena sambung samping lebih mudah pelaksanaanya,sehingga rehabilitasi tanaman kakao bisa dilakukan dalam waktu yang singkat, selain itu  hasil dari sambung samping lebih mudah berproduksi. Sebulan sebelum melakukan penyambungan kakao di beri perlakuan seperti pemupukan batang bawah dan pemangkasan dengan alasan supaya  kambiumnya banyak, jika tidak diberikan pupuk tingkat pertumbuhannya kecil. Entris yang digunakan adalah dari cabang yang panjangnya 1cm dan berwarna coklat hijau

Pemeliharaan
Penyiangan
Tanaman harus selalu bersih bebas dari gulma, dengan cara penyiangan terbatas (bobokor), yaitu hanya menyiangi gulma di sekitar batang tanaman/tajuk.

Pemupukan
Pupuk yang diberikan adalah pupuk N,P,K dengan perbandingan ( 15:15:15) atau sekitar 300 gram per pohon dan dalam setahun dilakukan pemupukan sebanyak 3 kali.  Jarak pengaplikasian pupuk sekitar 1,5 meter dari pohon kakao.

Organisme Penggangu Tanaman
Busuk buah kakao, VSD dan layu pentil

Panen
Waktu yang diperlukanyaitu 8 bulan sudah keluar bunga dan umur 1 tahun kakao sudah berbuah, jadi proses produksinya lebih cepatdaripada di tanaman dengan sistem generatif dan pada umur 2,5 tahun kakao yang di sambung bisa menghasilkan buah di atas 200 buah perpohon/tahun. Itu pun tergantung dari petaninya rajin atau tidak melakukan pemagkasan secara bertahap pohon kakaonya.

Pasca Panen
Pengolahan pasca panen yaitu biji kakaonya di permentasi selama  4 hari 4 malam.

Pembahasan
Lada
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan budidaya yang dilakukan petani terdapat beberapa kesesuaian dan ketidaksesuian dari teori yang dipelajari. Salah satu kesesuaian dari teori yang dipelajari yaitu mengenai cara perbanyakan secara vegetatif menggunakan sulur panjat atau sulur buah. Berdasarkan teori, untuk menghasilkan tanaman lada yang dapat tumbuh baik pada tanaman penegak, sebaiknya menggunakan bahan tanaman yang berasal dari sulur panjat. Setek tidak terlalu tua atau terlalu muda dan diambil dari sulur yang belum menjadi kayu. Bibit lada yang terlalu tua pertumbuhannya tidak baik, sedangkan yang terlalu muda tidak kuat. Apabila menggunakan sulur buah tanaman akan lebih cepat menghasilkan (umur satu tahun sudah menghasilkan buah), tetapi tanaman lada tidak dapat tumbuh tinggi dan tidak melekat pada tanaman penegak, perakarannya dangkal dan mudah stress apabila kekurangan air.
Kemudian salah satu ketidaksesuaiannya yaitu mengenai penggunaan tanaman pelindung. Tanaman pelindung ditanam satu tahun sebelum tanaman lada, dan tanaman pelindung yang baik digunakan diantaranya gamal dan lamtoro.

Kakao
Dari data di atas, terdapat kesesuaian dan tidak kesesuaian jika dibandingkan antara dilapangan dan teori yang dipelajari. Terdapat beberapa kesesuaian teknik budidaya diantaranya penggunaan tanaman naungan dan cara perbanyakan yang dilakukan. Tanaman kakao merupakan tanaman yang memerlukan naungan (suhu rendah) terutama pada saat pembibitan, namun tanaman kakao juga memerlukan sinar matahari yang cukup untuk fase  pembungaan. Kesesuaian selanjutnya yaitu mengenai cara perbanyakan vegetatif yang dilakukan yaitu dengan cara sambung samping.
Berdasarkan teori, perbanyakan vegetatif yang lazim digunakan adalah dengan okulasi, karena penyetekan masih sulit dilakukan di tingkat perkebunan. Sementara itu, perbanyakan secara kultur jaringan masih dalam penelitian. Tanaman kakao hasil perbanyakan vegetatif memiliki bentuk pertumbuhan yang sesuai dengan entres yang digunakan. Perbanyakan vegetatif akan menghasilkan tanaman yang secara genetis sama dengan induknya sehingga akan diperoleh tanaman kakao yang produktivitas serta kualitas seragam.
Kemudian ketidaksesuaiannya terdapat pada kegiatan pemupukan. Tanaman kakao memerlukan unsur hara yang cukup untuk kelangsungan hidup dan berproduksi. setiap bertambahnya umur tanaman kakao memerlukan dosis pupuk yang berbeda, sama halnya dengan tanaman-tanaman lain. Tetapi budidaya yang dilakukan dilapangan kegiatan pemupukan jarang dilakukan atau kurang intensif, karena petani beralasan dengan harga kakao yang murah sehingga tanaman kakao kurang diperhatikan akibatnya produksi kakao menjadi rendah dan mudah terserang hama dan penyakit.







BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Sejak jaman dulu, nenek moyang kita bangsa Indonesia telah menggunakan rempah-rempah dan bahan penyegar dalam berbagai hal. Baik untuk masak-memasak maupun untuk hal-hal lainnya dan Tanaman obat sudah banyak sekali digunakan oleh manusia sejak zaman dahulu bahkan dipercaya mempunyai khasiat yang lebih ampuh daripada obat-obat dokter
Dari data hasil praktikum, menunjukan bahwa kegiatan budidaya yang dilakukan petani terdapat kesesuaian dan ketidaksesuian jika dibandingkan dengan teori yang dipelajari. Dimana pada umumnya, kegiatan budidaya yang dilakukan tidak terlalu intensif sehingga produksi kurang maksimal dan serangan hama penyakit dapat terjadi

Saran
Dari kegiatan praktikum yang telah di lakukan masih terdapat beberapa kekurangan, diantaranya penyuluh atau petugas yang berada dilapangan hanya satu orang sedangkan jumlah mahasiswa yang mengikuti praktikum sangat banyak sehingga sebagian mahasiswa tidak memperhatikan apa yang dijelaskan petugas dan waktu tempuh praktikum yang cukup memakan waktu banyak sehingga kebanyakan kelelahan dalam perjalanan sebaiknya mencari lokasi yang lebih dekat dan akses nya lebih mudah




BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). Pengolahan Rempah-Rempah. [online]. Diakses maret 2018.
Muchtadi. R.Tien dan sugiyono. (1992). Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan(PetunjukLaboratorium). Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Sugiyanto,Raisatun Nisa. Putri, Shofy Rahmadani dkk. Aplikasi Kayu Secang(Caesalpinia Sappan L.) Dalam Upaya Prevensi Kerusakan DNA AkibatPaparan Zat Potensial Karsinogenik Melalui MNPCE Assay.
Suprapto dan Yani, Alvi. 2008. Teknologi Budidaya Lada. Balai Besar Pengkajian Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor
Yasni, Sedarnawati. (2012). Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Produk Ekstraktif Rempah. Bogor: IPB

1 komentar:

  1. Why casinos are scams and don't pay out
    The most common scams 서귀포 출장안마 include: scams that give out a huge 사천 출장안마 sum and then disappear, 춘천 출장샵 or a scam that you can't find elsewhere, such as when 도레미시디 출장샵 a casino 익산 출장샵 is betting

    BalasHapus